Sejarah Pencarian Panjang Umur

Pencarian dan Pemujaan terhadap usia oleh manusia sudah berlasung sejak awal sejarah kehidupan manusia, sama halnya seperti pada pencarian akan kehidupan yang abadi, dan kalau bisa selamanya muda dan sehat. Dasar-dasar penyesuaian serta pendirian untuk tua dan muda, hidup dan mati, merupakan kesimpulan karakter dasar dari sebuah lingkungan atau bagian hidup dari sejarah manusia yang tidak dapat dihindari.

Di dalam filsafat Yunani, mulai dari Plato sampai Aristoteles, ditemukan banyak pendapat yang berbeda-beda mengenai panjang umur. Plato yang meninggal pada usia 80 tahun, mencoba untuk mempertahankan usianya lebih lama.  Ia berpendapat bahwa tahun-tahun pada usia 50-an, jika manusia disukai oleh kebenaran , maka ia akan menjadi positif yang akan memperpanjang usia. Seorang dokter asal Yunani, Galen, dua abad sebelum Masehi, berpendapat bahwa proses penuaan sudah dimulai pada saat kehamilan. Ia mengatakan bahwa itu adalah hal yang tidak dapat dihindari dan bersifat alami serta merupakan sebuah proses penting di jagat raya ini. Masih menurutnya, penuaan bukanlah sebuah penyakit, tetapi proses alami. Seorang pujangga asal Romawi, Lucretius, pada abad pertama mengatakan bahwa hidup bertahan sampai berapa lama pun, akan menjadi tidak berguna, dibandingkan dengan rentang waktu menjelang kematian kita. Makseudnya adalah bahwa hidup bukanlah sebuah perjuangan untuk melawan kematian, melaikan lebih mencari jalan baru untuk menjadikan hidup ini lebih berarti, tidak peduli berapa lama kita hidup. Dan yang terpenting selama kita menjalani hidup, kita jalani hari-hari dengan penuh arti. Yang harus dipastikan adalah seni menjaga kesehatan bukanlah seni menghindari kematian atau mencoba hidup lebih lama.

Roger Bacon yang hidup pada abad ke-13 di Oxford, inggris, berpendapat bahwa tidak ada batasan yang jelas untuk jangka waktu hidup manusia. Penyebab umur pendek pada abad pertengahan adalah akibat kehidupan yang keras, seperti peperangan, kalaparan, kemiskinan, dan merebaknya penyakit pes baru atau epidemi penyakit lain yang menyerang manusia. Oleh karena itu pada abad pertengahan hanya sedikit orang yang bisa bertahan hidup lebih lama.

Secara bersamaan, pengetahuan tentang obat-obatan dan penggunaanya sedang berada pada masa jaya, ketika beredar obat-obat mujarab, sari tumbuh-tumbuhan, dan obat cair untuk mencegah penuaan. Manusia memang terus berusaha. Daging ular, akar gingseng, anggur panas dengan daun emas, dan resep rahasia lainnya yang sekiranya dapat membuat kaum tua menjadi awet muda terus dicari.

Pada abad ke-16, usia harapan hidup rata-rata merosot drastis akibat parahnya kondisi kebersihan, serta merebaknya musibah di banyak tempat. Sekitar 80% penduduk mengalami kelaparan dan peperangan, kematian terjadi sebelum usia 30 tahun dan hanya sekitar 6% saja yang bisa bertahan hidup sampai usia 60 tahun. Saat peperangan selama 30 tahun, sebuah kehidupan manusia, khususnya orang dewasa seolah tidak ada artinya lagi. Nyawa terasa bagitu murah harganya.

Namun pada abad ke-19 muncullah kemajuan yang berarti dalam bidang kedokteran. Tindakan kebersihan yang lebih baik dan dilanjutkan dengan penanganan epidemi yang efisien menyebabkan tingkat rata-rata kematian pada anak-anak di negara-negara Barat menurun derastis. Terjadi peningkatan tingkat usia rata-rata, dari 30 tahun pada 1800 meningkat menjadi 40 tahun pada tahun 1900. Namun sangat disayangkan, berkembangnya industrialisasi meyebabkan timbulnya konflik antara kaum muda dan kaum tua serta antara kaya dan miskin. Konflik berlanjut, yaitu pada peraturan pekerjaan yang tidak memerhatikan kondisi masyarakat telah menyebabkan sebagian pekerja menjadi cepat tua dan meninggal lebih cepat.

pada tahun 1960-an terjadi perubahan pencolok pada nilai-nilai di tengah masyarakat. Belum pernah ada dalam sejarah, masa tua lebih memiliki masa depan seperti sekarang ini. Artinya, kemajuan ilmu kedokteran dalam usaha mewujudkan suatu kehidupan yang lebih lama dan tetap sehat, telah mengakibatkan semangat mereka yang berusia lanjut untuk tetap menjalani kehidupan dengan lebih baik dengan segala keinginan yang hendak dicapai dalam rangka aktualisasi diri.

Pada abad ke-20 ini dunia kedokteran benar-benar membuat kemajuan besar. Banyak temuan baru yang memberikan harapan bagi kehidupan yang lebih baik. Temuan dalam mendiagnosa dan obat untuk mengatasi penyakit, sekaligus tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit dan menghabar proses penuaan. Kita boleh berharap bahwa ke depan ilmu kedokteran akan membuat terobosan besar lainnya untuk mewujudkan kehidupan yang sehat, lagi panjang umur. Namun syaratnya adalah dengan tidak mengabaikan kesehatan batin, maka lengkaplah arti hidup seseorang dalam dunia ini.

0 Response to "Sejarah Pencarian Panjang Umur"

Posting Komentar